Mengabarkan dan menginformasikan tentang Samigaluh

Kembang Gebleg, citarasa berbeda dari sebuah Gebleg

GEBLEG, mendengar kata itu, hampir pasti akan terpikir dalam pikiran kita, adalah sebuah makanan khas dari kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Duet "maut" Gebleg bersama Tempe Benguk, sudah menjadi cita rasa khas kuliner Kulon Progo. Bentuknya yang unik, menyerupai angka delapan, sangat menarik bagi yang pertama kali melihatnya. Makanan yang terbuat dari tepung singkong (pathi jendal - Jawa) ini, memiliki rasa yang gurih, jika disajikan saat masih hangat dan dicampur dengan sedikit irisan bawang. Selain sebagai makanan, gebleg ini juga telah menjadi inspirasi penciptaan motif batik resmi Kulon Progo, yaitu batik "Gebleg Renteng". Singkatnya, gebleg adalah Kulon Progo, dan Kulon Progo adalah gebleg.

Normalnya, gebleg memiliki tekstur yang lunak, empuk, dan cenderung alot (bahasa Jawa). Bentuknya menyerupai angka delapan dengan dua lingkaran. Namun di Samigaluh, tepatnya Sidoharjo, ibu-ibu di sini membuat gebleg yang berbeda dari gebleg yang ada. Masyarakat menamainya dengan nama gebleg atos. Atos, adalah bahasa Jawa, yang artinya adalah keras, sehingga sesuai namanya gebleg jenis ini mempunyai tekstur yang keras. Kira-kira saat memakan akan menghasilkan suara persis seperti pada salah satu iklan es krim di televisi : klethuk.. klethuk.. Bentuknya pun agak berbeda, yaitu berbentuk lebih mirip seperti bunga, sehingga penulis memberi nama kembang gebleg. Berikut penampakannya : 

Kembang Gebleg / Gebleg Atos.
Uniknya, jumlah lingkaran gebleg dalam kembang gebleg selalu tetap. Berjumlah tujuh buah lingkaran, dengan satu buah lingkaran di tengah, dan dikelilingi enam buah lingkaran lainnya, sehingga sekilas menyerupai bentuk sebuah kembang. 

Walaupun berbeda bentuk dan tekstur, untuk bahan dasar pembuatan gebleg kembang ini masih sama dengan gebleg pada umumnya, yaitu singkong. Bedanya ada pada saat pengolahan, yaitu pada saat proses menggorenganya. Jika pada gebleg biasa hanya dilakukan satu kali penggorengan, pada kembang gebleg ini dilakukan dua kali penggorengan. Ini yang membuat tekstur kembang gebleg menjadi lebih keras dibandingkan dengan gebleg pada umumnya. Perlu kehati-hatian khusus bagi yang sudah memiliki gigi kurang kuat atau mudah keropos.

Kembang gebleg ini cocok disajikan sebagai makanan ringan, camilan saat santai bersama minum teh atau kopi. Jika gebleg biasanya akan lebih nikmat sesaat setelah digoreng, kembang gebleg ini justru bisa dinikmati kapan saja, tanpa perlu menunggu selesai digoreng. Bahkan, kembang gebleg ini mempunyai daya tahan yang lebih lama daripada gebleg biasa. Bila dikemas dengan baik dan ditempatkan pada tempat yang baik pula, kembang gebleg ini bisa tahan lebih dari sebulan. Oleh karena itu, kembang gebleg sangat cocok digunakan sebagai oleh-oleh perjalanan Anda.

Seperti camilan ndeso lainnya, urusan harga, camilan ini hampir tidak mengenal kata mahal. Ya, cukup dengan harga Rp 5.000, Anda sudah bisa mendapatkan satu bungkus kembang gebleg, yang berisi sekitar dua puluh (20) biji gebleg. Anda bisa mendapatkannya di sentra pembuatanya yaitu di Dusun Sumoroto, dan Dusun Gorolangu, desa Sidoharjo, Kecamatan Samigaluh. Untuk lebih mudahnya, Anda bisa datang di pasar desa Gorolangu (perempatan Gorolangu, satu rute dengan Curug Sidoharjo), yang buka pada hari pasaran Wage dan Legi, yang rame sebelum pukul 07.00 pagi. Banyak pedagang yang menyediakan kembang gebleg ini. Namun, karena masyarakat lebih familier menyebutnya dengan "Gebleg Atos", maka Anda sebaiknya memintanya dengan nama "Gebleg Atos". Kembang Gebleg hanyalah sebutan oleh penulis, karena berdasarkan bentuknya yang mirip kembang. (A90)



Follow Twitter INFO-SAMIGALUH : @info_samigaluh | Facebook fanspage : Info Samigaluh untuk berita terupdate seputar Samigaluh. Kontak liputan : 085643437024.
Tag : Kuliner
0 Komentar untuk "Kembang Gebleg, citarasa berbeda dari sebuah Gebleg"

Back To Top